Selasa, 06 November 2012

Snorkeling @ Tidung







Jangan tergiur pemandangan indah or fasilitas menawan di Tidung! Tapi yang jelas, buat yang pengen ngerasain snorkeling dan nginep di pulau, jalan-jalan ke Pulau Tidung nggak ada salahnya!
Kami berangkat jam 07.00 pagi. Ikut rombongan kantor misua. Perahu kapal yang membawa kami ke Tidung, bisa memuat hingga 150-an orang penumpang beserta barang-barang bawaannya, dan terdiri dari dua lantai. Ada bagian bawah dek kapal dan di bagian atas dengan atap terbuka separuh, yang separuh lagi di beri tutup terpal. Harga menyeberang ke Pulau Tidung sekali jalan Rp. 35.000,-


Masih pagi, langit cerah, dan matahari tidak begitu meyengat, membuat mata jadi mengantuk dan cocok dimanfaatkan buat tidur. Gw ama anak tercinta, Arka, menikmati perjalanan dengan perahu kapal yang goyangnya aguhai ini. Suami lebih banyak nongkrong di geladak.
Tiba di Pulau Tidung ternyata puanaaaas banget yah! Kami masuk ke Guest House di Pulau Tidung. Maksi sayur asem, ayam goring, lalapan plus sambal terasi..! Lumayan lah daripada lu manyun!


Pulau Tidung berbentuk memanjang. Lebar Pulau Tidung sekitar dua ratus meter saja. Dibelah dengan jalan setapak tepat di tengah Pulau, sebelah kanan jalan nggak sampai seratus meter, dan sebelah kirinya juga sama. Jadi jika Anda berjalan di satu-satunya jalan yang ada, laut akan tampak di sebelah kanan dan sebelah kiri jika Anda melemparkan pandangan. Di mana-mana air.
Tujuan utama gw ke Pulau Tidung memang semata hanya untuk snorkeling (maklum baru pertama snorkeling). Meski gw nggak bisa berenang tapi gw pede abis dah!
Asik juga snorkeling di lokasi perairan yang tak jauh dari Pulau Tidung. Luamayan melihat-lihat terumbu karang yang ada dengan aneka ikan kecil-kecilnya.


Habis snorkeling, foto-foto dulu di jembatan kayu yang punya nama Jembatan Cinta. Jembatan ini  menghubungkan Pulau Tidung Besar dengan pulau Tidung Kecil yang berada di sebelah timurnya.


Sorenya kami menuju pantai timur Pulau Tidung, untuk menikmati sunset. Malamnya kami bakar ikan! Seru banget dan nikmat banget dah!


Pagi dan siangnya keliling Pulau Tidung dengan bersepeda! Terus jalan-jalan dan berenang sepanjang pantai. Melihat anak alay terjun bebas dari Jembatan Cinta ke laut! Ahay, sungguh mendebarkan!

Mengantar Suster Maria Regina Ke Goa Maria Lourdes Puhsarang







Lebaran1432 H, kami ke Kediri. Kali ini bareng Bulik yang juga seorang Suster. Karena Suster Maria Regina minta ditemani ke Goa Maria Lourdes Puhsarang, ya gak ada salahnya kami temani beliau.
Jalan menuju ke Puhsarang terbilang nyaman dan lancar karena tak terlalu jauh dari pusat kota Kediri. Kami berangkat dari penginapan asri, Bukit Daun yang kaya fasilitas.



Goa Maria Lourdes Puhsarang, termasuk obyek wisata religi yang popular di Kediri. Tempat ini merupakan salah satu obyek wisata religi yang sangat menarik untuk dikunjungi, khususnya bagi umat Katolik.
Puhsarang terletak sekitar 10 km arah barat daya dari Kota Kediri, Jawa Timur, atau tepatnya di kompleks Gereja Pohsarang, Desa Pohsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.


Obyek wisata ini sangat mirip dengan obyek wisata Gua Maria Lourdes yang ada di Negara Perancis. Namun, patung Maria yang ada di obyek wisata Goa Maria Puhsarang ini memiliki ukuran yang lebih besar daripada yang ada di obyek wisata Gua Maria Lourdes di Perancis, yaitu sekitar 3,5-4 meter (yang aslinya setinggi 1,75 meter). Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan dengan besarnya gua yang tingginya mencapai hingga 18 meter. Selain itu, ternyata pembangunan atau lebih tepatnya perombakan yang dilakukan pada obyek wisata gua yang satu ini yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 1998 membuahkan sebuah karya arsitektur yang luar biasa, walaupun bahan-bahan yang digunakan adalah bahan lokal.
Yah, Suster tampaknya senaaang sekali dan kami pun gembira karena tambah pengalaman dan tambah wawasan!
         

Senin, 05 November 2012

Jalan-Jalan ke Negeri Di Atas Awan






Horeee….Kali ini kami sekeluarga, bareng teman minus misua, jalan-jalan ke Dieng. Masih dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1431 H, tepatnya tanggal 13 September 2010, kami akhirnya berhasil mencapai Negeri Di Atas Awan..Dieng.
Pertama, kami ‘nginep’ di rumah adik, Lia, di Wonosobo. Kami lalu diantar menuju Dieng. Jalannya! Meliuk turun naik…! Berasa eneg juga di perut secara posisi duduk saya yang di bangku belakang Avanza. Namun begitu disuguhi pemandangan Temanggung - Wonosobo di pagi hari...Subhanallah! Indah nian!
Pokoknya gak ada bosannya melihat keluar jendela mobil. Menatap Merapi, Merabu di sebelah kiri. Sedangkan sebelah kanan Sumbing - Sundoro dan pegunungan Tidar menjadi santapan rohani yang bikin hati adeeem maknyeeesss.
Pertama ke kompleks candi-candi. Setelah itu ke Kawah Sikidang. Selanjutnya ke Telaga Warna. Kami makan ala kadarnya di warung yang banyak berdiri di kawasan Dieng. Menu Pop Mie, jadi santapan paling favorit!
Setelah itu nontong tentang Dieng di Dieng Plateu Theater. Lumayan mengasyikan sekaligus mencerdaskan!



Pokoknya, gak kapok deh, sekali ke Dieng, pasti pengen lagi ke Dieng…!

Jumat, 02 November 2012

Jalan-jalan ke Klenteng Hian Tan Kong di Cileungsi, Bogor




Lokasinya di Kampung Pasar Lama, dekat SMA 1 Cileungsi, yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan Cileungsi, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lingkungan klenteng berbatasan dengan pemukiman penduduk di sebelah timur dan utara, dan perkebunan penduduk di barat dan selatan.
 


Luas tanah kompleks Klenteng Hian Tan Kong kurang lebih 3000 m persegi yang di dalamnya terdapat lima bangunan besar yang letaknya terpisah yaitu: bangunan utama, bangunan Kwan Im Tong, Vihara Metta Dharma, Keraton Mbah Mega Mendung, dan Keraton Aki Jenggot. Arah hadap klenteng Hian Tan Kong menghadap ke utara.
Kompleks klenteng dikelilingi pagar besi dengan gerbang utama terletak di sebelah utara. Pintu gerbang utama berupa pintu paduraksa terdiri dari tiga lubang pintu sebagai pintu masuknya yang masing-masing diberi atap. Pintu masuk di bagian tengah lebih tinggi berbentuk atap pelana dan pada bubungan atapnya diberi hiasan stupa serta memakai bahan genteng. Adapun pintu masuk di bagian kiri dan kanan atapnya lebih rendah, pada bubungan atap diberi hiasan stupa.
Sayang, saat berkunjung ke sana, 27 Januari 2011, suasananya sepi. Secara klenteng ini juga sedang direnovasi untuk mempersiapkan acara imlek pada tanggal 3 Februari 2011 nanti.

Wahana Wisata Penangkaran Rusa Cariu Mengenalkan Anak Bersahabat dengan Alam dan Rusa yang Jinak





Sepi dan jauh dari keramaian. Itulah yang terasa saat berkunjung ke Wahana Wisata Penangkaran Rusa (WWPR) milik Dinas Perhutani Bogor. Berdiri sejak 1993, sebenarnya tempat wisata ini sangat potensial sebagai wahana wisata untuk Anda dan keluarga yang ingin menikmati wisata alam yang asri dan tentu saja bersentuhan dengan hewan bernama rusa.
Lokasinya sebenarnya mudah dicapai. Jika dihitung dari Cibubur, bisa jadi jauhnya sekitar 40 km lebih. Pada Minggu (24/7) lalu, kami berkesempatan berkunjung ke WWPR. Bagi Anda yang berada di kawasan Cibubur dan sekitarnya cukup masuk ke Jl. Alternatif Cibubur-Cileungsi. Arahkan mobil ke Jonggol tembus ke Cianjur. Melalui jalan yang lumayan bagus dan berliku, Anda akan melewati sawah yang luas dan deretan perbukitan yang cukup indah hingga akhirnya tiba di Desa Buana Jaya, Kecamatan Tanjung Sari, Cariu, Bogor, tempat WWPR berada. Penduduk sekitar menyebutnya sebagai Penangkaran Rusa Cariu. 


Di tepi jalan berdiri papan nama sederhana dari kayu apa adanya bertuliskan: Penangkaran Rusa. Belokan mobil, melewati jalan berbatu kasar sepanjang 50 m, hingga berhenti di tepi sungai Cibeet yang sangat lebar dan berair deras. Anda harus berjalan kaki melewati jembatan gantung yang melintang di atas sungai Cibeet. Lokasi penangkaran itu sendiri masih perlu berjalan kaki sekitar 50 m lagi melalui hutan sekunder yang nyaman dan satu lokasi camping kecil. Sekilas mata menyapu lokasi, tempatnya sungguh enak, bersih, di bawah bayang-bayang keteduhan pepohonan yang rindang dan gemericik air sungai dari kejauhan serta suara burung yang merdu, sungguh tempat ini cocok dipakai buat siapapun yang ingin menyepi dari bisingnya dunia luar.
Di area wahana penangkaran, terdapat jalan berbentuk jembatan kayu memanjang yang di ujungnya ada gazebo lebar. Anda bisa beristirahat sejenak di gazebo itu. Dan dapat membeli sekantung ubi dari penjaga wahana untuk diberikan kepada rusa di penangkaran tersebut. Rusa di sini lumayan jinak dengan pengunjung. Mereka tanpa ragu bisa mendekat dan meminta makan langsung dari tangan manusia yang memberinya. Ini sebuah momen yang amat menyenangkan. Apalagi buat anak-anak. Mereka akan sangat senang memberi makan sembari mengelus bulu rusa. Makanan kesukaan hewan herbivora ini adalah buah-buahan manis, ubi dan kacang.


Rusa di WWPR terdiri dari campuran beberapa spesies rusa. Diantaranya adalah Rusa Totol (Axis Axis), Rusa Jawa (Axis Timorensis), dan Rusa Bawean (Axis Kuhlii). Populasinya lumayan banyak, saat AdInfo ke sana, di papan tulis yang ada di gazebo tertulis, ada sekitar 60 ekor rusa yang dibiarkan lepas dalam lahan seluas sekitar 2 hektare. Rusa memang hewan yang aktif soal “anak beranak”. Dalam usia 20 bulan, seekor rusa jantan sudah bisa membuat bunting 20 ekor rusa betina. Luar biasa memang. Karena itu, jika jumlahnya berlebih maka sisanya akan dijual kepada siapapun yang berminat tentu saja melalui Perhutani Bogor. Harga persatuan antara Rp 2 juta-an hingga Rp 5 juta-an, tergantung usia dan berat tubuhnya. 


Menjelang siang, dan ingin bersantap, Anda bisa mampir ke rumah makan yang menyajikan Ikan Bakar dan Ikan Goreng beserta Sayur Asam dan Nasi Timbel di tepi sunga Cibeet. Anda juga dapat melaksanakan sholat di mushola yang tersedia di sana lengkap dengan fasilitas kamar mandi atau toilet.


Puas? Tentu saja…! Sayang, bayangan kami dikelilingi puluhan rusa di wahana tersebut, pupus sudah. Karena rusa yang kami lihat saat itu hanya segelintir saja, kurang dari 10 ekor. Menurut sang pawang, “Rusa yang lainnya tak mau keluar, mereka bersembunyi di balik semak-semak..!”